1.1.
LatarBelakang
Cabang-cabang
Ilmu filsafat banyak sekali di antaranya yang ada dalam pembahasan makalah ini
adalah, aksiologi,ontologi dan epistemologi ,
Aksiologi
merupakan cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu, Didalam ontologi banyak sekali yang berpendapat
tentang definisi ontologi intu sendiri.
Epistemologi
atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dalam
pembahasan kali ini saya akan membahas beberapa point diantaranya adalah :
Pengertian Epistemologi,Metode Induktif,Metode Deduktif, Metode Positivisme,
Metode Kontemplatif, Metode Dialektis
Dan untuk lebih
jelasnya penulis telah memaparkan ini dan penjelasan yang sangat akurat dalam
bab yang telah disediakan di bawah ini.
1.2.
Tujuan
Dalam penulisan
makalah ini saya mempunyai tujuan :
1.
Agar mahasiswa paham tentang definisi-definisi cabang ilmu filsafat dalam makalah
ini
2.
Agar mahasiswa dapat menumbuhkan kebesaran jiwa di dalam etetika,estetika dan
ilmu pengetahuan
3.
Agar mahasiswa dapat mempunyai pegangan hidup dalam berfilsafat
2.1.
Pengertian Aksiologi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang
berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya
dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak
benar.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
2.2.
Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam
aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika.
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat
istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya
ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis.
Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan
sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis
Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral
ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan
adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak
menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
2.2.1.
Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak
dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat
manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Nilai kegunaan
ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan,
kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1.
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia
pemikiran.
Jika seseorang
hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu
dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau
sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam
posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3.
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini
kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar
dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak
cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling
rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak
terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
2.2.2.
Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
Nilai itu
bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif
jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana
dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang
membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan
mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang
ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan
eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan baik.
Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai
subjektif .
2.3.Pengertian
Epistemologi
Epistemologi
atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula-mula
manusia percaya bahwa dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas
sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam
tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka
memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga
mereka kerap dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris
yang tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman
Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara
karya-karyanya yang menonjol adalah The Advancement of Learning dan Novum
Organum (organum baru).
Fisafat Bacon
mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi dan sistematis menurut dasar
filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada
manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang ia
lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya,
pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali
ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas
Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling mencolok dalam Novum
Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam
tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada
alam. Manusia perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam
diperlukan observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia
ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai
pada zamannya hidup, hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam
mencapai hasilnya, sementara logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan
membangun ilmu pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk
melestarikan kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan
kebenaran.
2.3.1
Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil
observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan
yang luas diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut
induktif bila bertolak dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil
pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan pernyataan universal.
2.3.2
Metode Deduktif
Deduksi adalah
suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam
suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis
teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau
ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan
jalan rnenerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari
teori tersebut.
2.3.3.
Metode Positivisme
Metode ini
dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui
yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar
yang ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui
positif, adalah segala yang nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat
dan ilmu pengetahuan diatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
2.3.4
Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkanpun akan berbeda-beda
seharusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
2.3.5
Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti
metode tanya jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan
oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta
berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode
penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide
mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya.
2.4.
PENGERTIAN ONTOLOGI
Ontologi (dari ὄν Yunani, ὄντος genitive:
"menjadi" (partisip netral dari εἶναι: "menjadi")dan-λογία,-logia: ilmu, penelitian,
teori) adalah studi filosofis tentang hakikat ini, eksistensi atau kenyataan
seperti itu, serta menjadi kategori dasar dan hubungan mereka.
Tradisional terdaftar sebagai bagian dari
cabang utama filsafat yang dikenal sebagai metafisika, ontologi berkaitan
dengan pertanyaan mengenai apa yang ada entitas atau dapat dikatakan ada, dan
bagaimana badan tersebut dapat dikelompokkan, terkait di dalam hirarki, dan
dibagi menurut persamaan dan perbedaan .
Ikhtisar Ontologi, dalam filsafat analitik,
menyangkut menentukan apakah beberapa kategori yang sangat penting dan bertanya
dalam apa arti item dalam kategori tersebut dapat dikatakan
"menjadi". Ini adalah penyelidikan berada di begitu banyak seperti sedang,
atau menjadi makhluk sejauh mereka ada-dan tidak sejauh, misalnya, fakta-fakta
tertentu yang diperoleh tentang mereka atau properti tertentu yang berhubungan
dengan mereka.
Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda:
1.
menurut berbagai kategori atau cara menangani yang sedang seperti itu
2.
menurut kebenaran atau kesalahan (misalnya emas palsu, uang palsu)
3.
apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama' oleh
kecelakaan
4.
sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi kehadiran (Buku Metafisika
Theta).
Beberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato,
berpendapat bahwa semua kata benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu kepada
badan ada. filsuf lain berpendapat bahwa kata benda tidak selalu entitas nama,
tetapi beberapa memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik
benda atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk
pada suatu entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh seseorang;
masyarakat yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan beberapa karakteristik
bersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari jenis yang spesifik intelektual
. Aktivitas Di antara kutub realisme dan nominalisme, ada juga berbagai posisi
lain, tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang kata-kata yang
mengacu kepada badan usaha, yang tidak, mengapa, dan apa kategori hasil. Ketika
seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi,
kontrak, kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi
menjadi dasar untuk banyak cabang filsafat
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian
mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek
tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan
batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis
atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita
(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan
landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya
berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi
persoalan-persoalan :
Apakah artinya ada, hal ada ?
Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?
Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ?
Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori
logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal,
abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ?
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga
diangkat dari Konsepsi Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being /
wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim
dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli
(real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip
benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM)
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. kuantitatif,
yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif,
yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga
mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan
sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar