bitcoin

PERKEMBANGAN ISLAM DI SEBAGIAN NEGARA MAJU

ISLAM DI BELANDA
Masyarakat muslim di negara Belanda tengah menikmati kehidupan yang sangat dinamis.selain ditunjang semakin banyaknya jumlah pemeluk Islam di sana, juga karena pemerintah Belanda memberikan kebebasan beragama. Kegiatan spirotual Islam pun bertumbuh kembang. Tak terkecuali roda organisasi keagamaan yang ada. Sebagian besar organisasi Islam di Belanda didirikan berdasarkan garis etnis kaumnya. Maka, dari sekian banyak, organisasi muslim Turki-lah yang paling berkembang. Misalnya adalah Turks-Islamtische Culturele Federatie (TIFC) atau federasi kebudayaan Islam Turki yang berdiri tahun 1979, telah dapat menaungi sekitar 78 asosiasi dan organisasi pada tahun 80-an.
Selain itu TIFC juga erat menjalin hubungan dengan Diyanet yang mengirim sejumlah imam masjid untuk bekerja di Belanda. Adapun komunitas muslim Maroko yang mendirikan organisasi muslim Maroko diantaranya yakni, Amicales des ouvries et commercants (kekawanan buruh dan pedagang), komite para pekerja Maroko di Belanda (Organisaties in Nederland) dan Unie van Marokkaanese Moslim (persatuan organisasi muslim Maroko di Belanda). Diketahui bahwa ada sejumlah kecil pengikut tarekat Darqawiyah dan Alawiyah pada komunitas Maroko. Di samping itu, gerakan Tablig yang berpusat di Perancis pun aktif menjalankan syiar dakwah di masjid-masjid komunitas Maroko.
Pada bagian lain, komunitas muslim asal Suriname tergabung dalam organisasi Stichting Weljizn voor Moslims in Nederland (yayasan untuk kesejahteraan kaum muslim di Belanda). Bentuk organisasi ini hampir mirip dengan model organisasi Islam di Asia Selatan. Pusatnya di Masjid Thaibah, Amsterdam dan memayungi sekitar 10 masjid di kota-kota besar. Satu organisasi lain muslim Suriname lain adalah Jama’at Ahle Soenat Nederland (jamaah ahli sunnah Belanda).akan tetapi hambatan kerap mucul, begitu pula dalam upaya pengembangan organisasi keagamaan di Belanda ini. Kendala terutama adalah perbedaan di internal umat sendiri. Upaya penyatuan organisasi muslim yang ada kemudian dilaksanakan. Bermula dengan didirikannya Stichting Moslimorganisaties in Nederland atau yayasan organisasi muslim di Belanda. Pada tahun 1980.
Selanjutnya juga berdiri Islamitische Omroepsichting (yayasan penyiaran Islam) yang bertujuan untuk mewujudkan harapan kaum muslim Belanda agar dapat memproduksi siaran agama di media elektronik. Nantinya, siaran tersebut juga diharapkan dapat mewakili komunitas Turki maupun Maroko. Kiprah anggota federasi yang dibentuk oleh muslim asli Belanda pun terus berlanjut. Mereka memprakarsai berdirinya Moslim Informatie Centrum (pusat informasi muslim) berkantor pusat di Den Haag. Kegiatan organisasi ini antara lain menerbitkan majalah Qiblah. Pada pekembangan berikutnya, pusat informasi tersebut lebih banyak bergerak ke bidang syiar terutama untuk menjelaskan kepentingan dan harapan komunitas muslim kepada para pejabat pemerintah. Mereka tetap memegang prinsip bahwa kaum Muslim Belanda merupakan bagian integral masyarakat Belanda secara keseluruhan.




ISLAM DI KANADA
Penganut agama Islam di Kanada, pada awalanya berasal dari Turki dan dari wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmaniyah yang dikenal sebagai Suria Raya, dan sebagian berasal dari Asia Selatan. Dilaporkan bahwa jumlah muslim di Kanada pada awalnya, yakni pada tahun 1871, hanya 13 orang. Pada tahun 1901, jumlah mereka mencapai 300 hingga 400 orang, dan pada tahun 1911, jumlah mereka sekitar 1.500 orang.
Walaupun populasi muslim di Kanada sangat minoritas, namun dari tahun ke tahun jumlah mereka semakin bertambah. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat kelahiran imigran muslim, yakni 2,5 persen dan tercatat saat ini (tahun 2005) ada sekitar 600 ribu umat muslim di Kanada (meski menurun tahun 2012), dan jadilah Islam di Kanada menjadi agama nomor dua terbesar. Hal ini, membawa konsekuensi makin luasnya pula lingkup kehidupan umat muslim. Mereka pun pada akhirnya bekerja di pelbagai bidang, serta terlibat dalam banyak hal di tengah masyarakat.
Kondisi Islam di Kanada didominasi muslim dengan paham Sunni. Selain itu, terdapat berbagai kelompok Syi’ah, seperti Ismailiyah dan Imamiyah. Diperkirakan Sunni merupakan mayoritas (kira-kira 70 persen), diikuti oleh Ismailiyah (20 persen), dan Imamiyah serta kelompok-kelompok lainnya, seperti Ahmadiyah (Qadian), berjumlah seimbang. Juga terdapat tarekat spiritual, yakni Tarekat Naqsyabandiyyah Montreal yang berafiliasi kepada pusat tarekat yang berada di Cyprus. Pimpinan utama tarekat Naqsyabandiyah rata-rata berpendidikan tinggi.
Sejumlah lembaga organisasi keagamaan dan sosial penting bermunculan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Inilah yang disebut dengan rabithah al-alam al-islamiy. Pada tingkat nasional di Kanada, ada Dewan Komunitas Muslim Kanada (CMCC), yang didirikan oada tahun 1972, merupakan organisasi payung yang penting. CMCC tumbuh berkat komitmen untuk mandiri dan kebutuhan yang dirasakan untuk masalah yang pemeluk Islam di Kanada. Lembaga ini, juga menaungi aliran-aliran yang berkembang di Kanada, misalnya Sunni dan Syi’ah.
Ditemukan data bahwa, jika dibandingkan dengan negara-negara Barat yang lain, masyarakat Islam di Kanada relatif lebih “bersahabat” terhadap umat agama non Kristen, termasuk Islam. Tingginya sikap toleransi di sana membuat angka kekerasan yang bermotif a

ISLAM DI AMERIKA
Fenomena di Amerika sendiri sangat menarik. Sangat tidak masuk di akal pemerintah George Bush dan tokoh-tokoh Amerika, masyarakat Amerika berbondong-bondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika. 8 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan syahadat masuk Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya.
Atas fakta inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika, seperti di Eropa dan beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika menyatakan kesimpulannya. The Population Reference Bureau USA Today sendiri menyimpulkan: “Moslems are the world fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan, “Islam is the fastest growing religion in America.” Kemudian, Geraldine Baum mengungkapkan: “Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday Religion Writer, Newsday). “Islam is the fastest growing religion in the United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times. Atas daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah konferensi di Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi masa depan Islam di Amerika dengan tajuk “Is Islam a Trully American religion?” (Apakah Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof. Jane Smith yang banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika. Konferensi itu sendiri merupakan seri kuliah tentang Immigrant and Religion in America. Dari konferensi itu, jelas tergambar bagaimana keterbukaan masyarakat Amerika menerima sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara super power itu.
Peristiwa 9/11 menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia, terlebih Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris Islam.” Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox News Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan mengundang enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim Immigration to Protect America and Economy.” Acara ini menggambarkan kekhawatiran Amerika tidak hanya dalam masalah terorisme tetapi juga ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab dan Timur Tengah mulai dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika.
Tapi, rupanya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan “logika akal sehat” manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk agama tersebut dan menemukan kedamaian didalamnya? 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Bagaimana arus ini bisa dijelaskan? Sejauh saya ketahui, jawabannya “tidak ada” dalam teori-teori gerakan sosial karena fenomena ini sebuah anomali. Maka, gejala ini hanya bisa dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.”
Tangan Tuhan dalam bentuk blessing in disguise adalah nyata dibalik peristiwa 9/11 dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika justru kemudian terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh. Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin dalam zaman modern dan beradab ini agama “mengajarkan” teror, kekerasan dan suicide bombing dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang sama: ignorance of Islam (ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya, sumber pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya satu yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali stereotip-stereotip buruk seperti teroris, uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya. Seperti disaksikan Eric, seorang Muslim pemain cricket warga Texas, setelah peristiwa 9/11, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, mereka kemudian ramai-ramai membeli dan membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca biografi Muhammad dan buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasilnya, dari membaca sumbernya langsung, mereka menjadi tahu ajaran Islam yang sesungguhnya. Ketimbang bertambahnya kebencian, yang terjadi malah sebaliknya. Menemukan keagungan serta keindahan ajaran agama yang satu ini. Keagungan ajaran Islam ini bertemu pada saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan kekeringan spritual masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu, Islam justru menjadi jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka selama ini. Islam menjadi melting point atas kebekuan spiritual yang selama ini dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu terjadinya Islamisasi Amerika yang mengherankan para pengamat sosial dan politik. Inilah tangan Tuhan dibalik peristiwa

Dari banyak wawancara yang dilakukan televisi Amerika, Eropa maupun Timur Tengah terhadap mereka yang masuk Islam atau video-video blog yang banyak menjelaskan motivasi para new converters ini masuk Islam, menggambarkan konfigurasi latar belakang yang beragam.
Pertama, karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup hanya money, music and fun. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja mereka masuk Islam.
Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Beberapa orang Kristen taat bahkan mereka sebagai church priest mengaku seperti itu ketika diwawancarai televisi. Allison dari North Caroline dan Barbara Cartabuka, seorang diantara 6,5 juta orang Amerika yang masuk Islam pasca 9/11, seperti diberitakan oleh Veronica De La Cruz dalam CNN Headline News, Allison mengaku “Islam is much more about peace.” Sedangkan Barbara tidak pernah merasakan kedamaian selama menganut Katolik Roma seperti kini dirasakannya setelah menjadi Muslim. Demikian juga yang dirasakan oleh Mr. Idris Taufik, mantan pendeta Katolik di London, ketika diwawancara televisi Al-Jazira. Mantan pendeta ini melihat dan merasakan ketenangan batin dalam Islam yang tidak pernah dirasakan sebelumnya ketika ia menjadi mendeta di London. Ia masuk Islam setelah melancong ke Mesir. Ia kaget melihat orang-orang Islam tidak seperti yang diberitakan di televisi-televisi Barat. Ia mengaku, sebelumnya hanya mengetahui Islam dari media. Ia sering meneteskan air mata ketika menyaksikan kaum Muslim shalat dan kini ia merasakan kebahagiaan setelah menjadi Muslim di London.
Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan penghapusan dosa (salvation) ketimbang dalam Kristen. Banyak dari masyarakat Amerika memandang Kristen sebagai agama yang konservatif dalam doktrin-doktrinnya. Eric seorang pemain Cricket di Texas, kota kelahiran George Bush, berkesimpulan seperti itu dan memilih Islam. Sebagai pemain cricket Muslim, ia sering shalat di pinggir lapang. Di Kristen, katanya, sembahyang harus selalu ke Gereja. Seorang konverter lain memberikan kesaksiannya yang bangga menjadi Muslim. Ia menjelaskan telah berpuluh tahun menganut Katolik Roma dan Kristen Evangelik. Dia mengaku menemukan kelemahan-kelemahan doktrin Kristen setelah menyaksikan debat terbuka tentang “Is Jesus God?” (Apakah Yesus itu Tuhan?) antara Ahmad Deedat, seorang tokoh Islam dari Afrika Selatan dan seorang teolog Kristen. Argumen-argumen Dedaat dalam diskusi menurutnya jauh lebih jelas, kuat dan memuaskan ketimbang teolog Kristen itu. Menariknya, misi awalnya ia menonton debat agama itu justru untuk mengetahui Islam karena ia bertekad akan menyebarkan gospel ke masyarakat-masyarakat Muslim. Yang terjadi sebaliknya, ia malah menemukan keunggulan doktrin Islam dalam berbagai aspeknya dibandingkan Kristen. Angela Collin, seorang artis California yang terkenal karena filmnya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic School, ketika diwawancarai oleh televisi NBC News megapa ia masuk Islam, ia mengungkapkan: “I was seeking the truth and I’ve found it in Islam. Now I have this belief and I love this belief,” katanya bangga.
Keempat, banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak setuju dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam daripada dalam peradaban Barat modern. Seorang convert perempuan Amerika bernama Tania, merasa hidupnya kacau dan tidak terarah jutsru dalam kebebasannya di Amerika. Ia bisa melakukan apa saja yang dia mau untuk kesenangan, tapi ia rasakan malah merugikan dan merendahkan perempuan. Setelah mempelajari Islam, awalnya merasa minder. Setelah tahu bagaimana Islam memperlakukan perempuan, ia malah berkata “women in Islam is so honored. This is a nice religion not for people like me!” katanya. Dia masuk Islam setelah mempelajarinya beberapa bulan dari teman Muslimnya.
Perkembangan Islam di dunia Barat sesungguhnya lebih prospektif karena mereka terbiasa berfikir terbuka. Dalam keluarga Amerika, pemilihan agama dilakukan secara bebas dan independen. Banyak orang tua mendukung anaknya menjadi Muslim selama itu adalah pilihan bebasnya dan independen. Mereka mudah saja masuk Islam ketika menemukan kebenaran disitu. Angela Collin menjadi Muslim dengan dukungan kedua orang tua. Ketika diwawancarai televisi NBC, orang tuanya justru merasa bangga karena Angela adalah seorang “independent person.” Nancy seorang remaja 15 tahun, masuk Islam setelah bergaul dekat temannya keluarga Pakistan dan keluarganya tidak mempermasalahkan walaupun telah lama hidup dalam tradisi Kristen.

ISLAM DI KANADA
Banyak umat Islam Kanada dibesarkan beragama Islam. Ada juga bilangan pemeluk Islam yang berkembang pesat dari agama lain. Seperti dengan para pendatang pada umumnya, para pendatang Islam telah datang ke Kanada untuk pelbagai alasan. Ini termasuk pendidikan tinggi, keselamatan, pekerjaan, dan penyatuan keluarga. Yang lain datang untuk kebebasan agama dan politik, dan keselamatan dan kawalan, meninggalkan perang saudara, penindasan, dan bentuk lain persengketan saudara dan etnik. Pada 1980an, Kanada menjadi sebuah tempat penting pelarian untuk mereka yang melarikan diri dari Perang Saudara Lubnan. Zaman 1990an melihat umat Islam Somalia tiba dengan mencetusnya Perang Saudara Somalia dan juga orang Islam Bosnia melarikan diri dari pemecahan bekas Yugoslavia. Meskipun Kanada masih belum lagi bilangan banyak rakyat Iraq melarikan diri dari perang Iraq. Tetapi pada umumnya hampir setiap negara Islam di dunia telah mengirimkan pendatang ke Kanada — dari Albania ke Yaman keBangladesh.[3]
Kebanyakan dari umat Islam Kanada — dan tidak secara coincidentally suatu bahagian besar dari pendatang negara — tinggal di provinsi Ontario, dengan kumpulan-kumpulan terbesar menetap di dan di keliling Greater Toronto Area. Menurut dengan Banci 2001, telah ada 254,110 umat Islam tinggal di Greater Toronto.[4]
British Columbia juga mempunyai penduduk Islam yang sangat besar. Menganggapkan bahawa banyak pendatang dari Timur Tengahdan Iran adalah umat Islam, dua komuniti Islam terbesar di Vancouver adalah orang Timur Tengah (>50,000) dan orang Iran (>30,000).[5]Ibu negara Kanada Ottawa menjadi tuan rumah pada banyak orang Islam Lubnan dan Somali, di mana komuniti Islam berbilangan lebih kurang 40,000 pada 2001.[5] Greater Montreal's Muslim community neared 100,000 in 2001.[5] Ia rumah pada bilangan besar orang Kanada yang berketurunan Maghribi, Algeria dan Lubnan, dan juga komuniti Pakistan, Syria, Iran, Bangladesh dan Turki yang kecil.[5]Komuniti-komuniti ini tidak secara eksklusif, tetapi kebanyakannya, Muslim. Tambahan pada Vancouver, Ottawa, dan Montreal, hampir setiap kawasan metropolitan Kanada mempunyai komuniti Islam,
ISLAM DI KANADA
Penganut agama Islam di Kanada, pada awalanya berasal dari Turki dan dari wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmaniyah yang dikenal sebagai Suria Raya, dan sebagian berasal dari Asia Selatan. Dilaporkan bahwa jumlah muslim di Kanada pada awalnya, yakni pada tahun 1871, hanya 13 orang. Pada tahun 1901, jumlah mereka mencapai 300 hingga 400 orang, dan pada tahun 1911, jumlah mereka sekitar 1.500 orang.
Walaupun populasi muslim di Kanada sangat minoritas, namun dari tahun ke tahun jumlah mereka semakin bertambah. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat kelahiran imigran muslim, yakni 2,5 persen dan tercatat saat ini (tahun 2005) ada sekitar 600 ribu umat muslim di Kanada (meski menurun tahun 2012), dan jadilah Islam di Kanada menjadi agama nomor dua terbesar. Hal ini, membawa konsekuensi makin luasnya pula lingkup kehidupan umat muslim. Mereka pun pada akhirnya bekerja di pelbagai bidang, serta terlibat dalam banyak hal di tengah masyarakat.
Kondisi Islam di Kanada didominasi muslim dengan paham Sunni. Selain itu, terdapat berbagai kelompok Syi’ah, seperti Ismailiyah dan Imamiyah. Diperkirakan Sunni merupakan mayoritas (kira-kira 70 persen), diikuti oleh Ismailiyah (20 persen), dan Imamiyah serta kelompok-kelompok lainnya, seperti Ahmadiyah (Qadian), berjumlah seimbang. Juga terdapat tarekat spiritual, yakni Tarekat Naqsyabandiyyah Montreal yang berafiliasi kepada pusat tarekat yang berada di Cyprus. Pimpinan utama tarekat Naqsyabandiyah rata-rata berpendidikan tinggi.
Sejumlah lembaga organisasi keagamaan dan sosial penting bermunculan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Inilah yang disebut dengan rabithah al-alam al-islamiy. Pada tingkat nasional di Kanada, ada Dewan Komunitas Muslim Kanada (CMCC), yang didirikan oada tahun 1972, merupakan organisasi payung yang penting. CMCC tumbuh berkat komitmen untuk mandiri dan kebutuhan yang dirasakan untuk masalah yang pemeluk Islam di Kanada. Lembaga ini, juga menaungi aliran-aliran yang berkembang di Kanada, misalnya Sunni dan Syi’ah.
Ditemukan data bahwa, jika dibandingkan dengan negara-negara Barat yang lain, masyarakat Islam di Kanada relatif lebih “bersahabat” terhadap umat agama non Kristen, termasuk Islam. Tingginya sikap toleransi di sana membuat angka kekerasan yang bermotif agama dan ras relatif bisa diminimalisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar