ISLAM DI
BELANDA
Masyarakat muslim di negara Belanda tengah menikmati kehidupan yang
sangat dinamis.selain ditunjang semakin banyaknya jumlah pemeluk Islam di sana,
juga karena pemerintah Belanda memberikan kebebasan beragama. Kegiatan
spirotual Islam pun bertumbuh kembang. Tak terkecuali roda organisasi keagamaan
yang ada. Sebagian besar organisasi Islam di Belanda didirikan berdasarkan
garis etnis kaumnya. Maka, dari sekian banyak, organisasi muslim Turki-lah yang
paling berkembang. Misalnya adalah Turks-Islamtische Culturele Federatie (TIFC)
atau federasi kebudayaan Islam Turki yang berdiri tahun 1979, telah dapat
menaungi sekitar 78 asosiasi dan organisasi pada tahun 80-an.
Selain itu TIFC juga erat menjalin hubungan
dengan Diyanet yang mengirim sejumlah imam masjid untuk bekerja di Belanda.
Adapun komunitas muslim Maroko yang mendirikan organisasi muslim Maroko
diantaranya yakni, Amicales des ouvries et commercants (kekawanan buruh dan
pedagang), komite para pekerja Maroko di Belanda (Organisaties in Nederland)
dan Unie van Marokkaanese Moslim (persatuan organisasi muslim Maroko di
Belanda). Diketahui bahwa ada sejumlah kecil pengikut tarekat Darqawiyah dan
Alawiyah pada komunitas Maroko. Di samping itu, gerakan Tablig yang berpusat di
Perancis pun aktif menjalankan syiar dakwah di masjid-masjid komunitas Maroko.
Pada bagian lain, komunitas muslim asal
Suriname tergabung dalam organisasi Stichting Weljizn voor Moslims in Nederland
(yayasan untuk kesejahteraan kaum muslim di Belanda). Bentuk organisasi ini
hampir mirip dengan model organisasi Islam di Asia Selatan. Pusatnya di Masjid
Thaibah, Amsterdam dan memayungi sekitar 10 masjid di kota-kota besar. Satu
organisasi lain muslim Suriname lain adalah Jama’at Ahle Soenat Nederland
(jamaah ahli sunnah Belanda).akan tetapi hambatan kerap mucul, begitu pula
dalam upaya pengembangan organisasi keagamaan di Belanda ini. Kendala terutama
adalah perbedaan di internal umat sendiri. Upaya penyatuan organisasi muslim
yang ada kemudian dilaksanakan. Bermula dengan didirikannya Stichting
Moslimorganisaties in Nederland atau yayasan organisasi muslim di Belanda. Pada
tahun 1980.
Selanjutnya juga berdiri Islamitische
Omroepsichting (yayasan penyiaran Islam) yang bertujuan untuk mewujudkan
harapan kaum muslim Belanda agar dapat memproduksi siaran agama di media
elektronik. Nantinya, siaran tersebut juga diharapkan dapat mewakili komunitas
Turki maupun Maroko. Kiprah anggota federasi yang dibentuk oleh muslim asli
Belanda pun terus berlanjut. Mereka memprakarsai berdirinya Moslim Informatie Centrum
(pusat informasi muslim) berkantor pusat di Den Haag. Kegiatan organisasi ini
antara lain menerbitkan majalah Qiblah. Pada pekembangan berikutnya, pusat
informasi tersebut lebih banyak bergerak ke bidang syiar terutama untuk
menjelaskan kepentingan dan harapan komunitas muslim kepada para pejabat
pemerintah. Mereka tetap memegang prinsip bahwa kaum Muslim Belanda merupakan
bagian integral masyarakat Belanda secara keseluruhan.
ISLAM DI
KANADA
Penganut
agama Islam di Kanada, pada awalanya berasal dari Turki dan dari wilayah yang
berada di bawah kekuasaan Turki Usmaniyah yang dikenal sebagai Suria Raya, dan
sebagian berasal dari Asia Selatan. Dilaporkan bahwa jumlah muslim di Kanada
pada awalnya, yakni pada tahun 1871, hanya 13 orang. Pada tahun 1901, jumlah
mereka mencapai 300 hingga 400 orang, dan pada tahun 1911, jumlah mereka
sekitar 1.500 orang.
Walaupun
populasi muslim di Kanada sangat minoritas, namun dari tahun ke tahun jumlah
mereka semakin bertambah. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat kelahiran
imigran muslim, yakni 2,5 persen dan tercatat saat ini (tahun 2005) ada sekitar
600 ribu umat muslim di Kanada (meski menurun tahun 2012), dan jadilah Islam di
Kanada menjadi agama nomor dua terbesar. Hal ini, membawa konsekuensi makin
luasnya pula lingkup kehidupan umat muslim. Mereka pun pada akhirnya bekerja di
pelbagai bidang, serta terlibat dalam banyak hal di tengah masyarakat.
Kondisi
Islam di Kanada didominasi muslim dengan paham Sunni. Selain itu, terdapat
berbagai kelompok Syi’ah, seperti Ismailiyah dan Imamiyah. Diperkirakan Sunni merupakan
mayoritas (kira-kira 70 persen), diikuti oleh Ismailiyah (20 persen), dan
Imamiyah serta kelompok-kelompok lainnya, seperti Ahmadiyah (Qadian), berjumlah
seimbang. Juga terdapat tarekat spiritual, yakni Tarekat Naqsyabandiyyah Montreal
yang berafiliasi kepada pusat tarekat yang berada di Cyprus. Pimpinan utama
tarekat Naqsyabandiyah rata-rata berpendidikan tinggi.
Sejumlah
lembaga organisasi keagamaan dan sosial penting bermunculan, baik di tingkat
lokal maupun nasional. Inilah yang disebut dengan rabithah al-alam al-islamiy. Pada tingkat nasional di Kanada,
ada Dewan Komunitas Muslim Kanada (CMCC), yang didirikan oada tahun 1972,
merupakan organisasi payung yang penting. CMCC tumbuh berkat komitmen untuk
mandiri dan kebutuhan yang dirasakan untuk masalah yang pemeluk Islam di
Kanada. Lembaga ini, juga menaungi aliran-aliran yang berkembang di
Kanada, misalnya Sunni dan Syi’ah.
Ditemukan
data bahwa, jika dibandingkan dengan negara-negara Barat yang lain, masyarakat
Islam di Kanada relatif lebih “bersahabat” terhadap umat agama non Kristen,
termasuk Islam. Tingginya sikap toleransi di sana membuat angka kekerasan yang
bermotif a
ISLAM DI
AMERIKA
Fenomena di
Amerika sendiri sangat menarik. Sangat tidak masuk di akal pemerintah George
Bush dan tokoh-tokoh Amerika, masyarakat Amerika berbondong-bondong masuk Islam
justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001
yang dikenal dengan 9/11 yang sangat memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11
adalah era pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya
dalam sejarah Amerika. 8 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000
orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan
syahadat masuk Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Los
Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya.
Atas fakta
inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika, seperti di Eropa dan
beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika menyatakan kesimpulannya. The Population
Reference Bureau USA Today sendiri menyimpulkan: “Moslems are the world
fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden
Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan, “Islam is the
fastest growing religion in America.” Kemudian, Geraldine Baum
mengungkapkan: “Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday
Religion Writer, Newsday). “Islam is the fastest growing religion in the
United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times. Atas
daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah konferensi di
Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi masa depan Islam di
Amerika dengan tajuk “Is Islam a Trully American religion?” (Apakah
Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof. Jane Smith yang
banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika. Konferensi itu sendiri
merupakan seri kuliah tentang Immigrant and Religion in America. Dari
konferensi itu, jelas tergambar bagaimana keterbukaan masyarakat Amerika
menerima sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan
menjadi identitas dominan di negara super power itu.
Peristiwa 9/11
menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia, terlebih
Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris Islam.” Setelah
peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah
merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai,
diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama
dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa
lainnya. Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan
mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox News
Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan mengundang
enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim Immigration to Protect
America and Economy.” Acara ini menggambarkan kekhawatiran Amerika tidak hanya
dalam masalah terorisme tetapi juga ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab
dan Timur Tengah mulai dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika.
Tapi, rupanya
Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan “logika akal sehat”
manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab
membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama, tetapi tidak
lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan
diri masuk agama tersebut dan menemukan kedamaian didalamnya? 9/11 telah berfungsi
menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan.
Selain 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu,
ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang
dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Bagaimana arus ini bisa
dijelaskan? Sejauh saya ketahui, jawabannya “tidak ada” dalam teori-teori
gerakan sosial karena fenomena ini sebuah anomali. Maka, gejala ini hanya bisa
dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.”
Tangan Tuhan
dalam bentuk blessing in disguise adalah nyata dibalik peristiwa 9/11
dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat
mengerikan itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika
justru kemudian terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh.
Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi
mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin dalam zaman
modern dan beradab ini agama “mengajarkan” teror, kekerasan dan suicide bombing
dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang
sama: ignorance of Islam (ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya,
sumber pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya satu
yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali stereotip-stereotip
buruk seperti teroris, uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya.
Seperti disaksikan Eric, seorang Muslim pemain cricket warga Texas, setelah
peristiwa 9/11, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, mereka kemudian
ramai-ramai membeli dan membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca biografi
Muhammad dan buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasilnya, dari membaca
sumbernya langsung, mereka menjadi tahu ajaran Islam yang sesungguhnya.
Ketimbang bertambahnya kebencian, yang terjadi malah sebaliknya. Menemukan
keagungan serta keindahan ajaran agama yang satu ini. Keagungan ajaran Islam
ini bertemu pada saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan
kekeringan spritual masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu,
Islam justru menjadi jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka selama ini.
Islam menjadi melting point atas kebekuan spiritual yang selama ini
dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu terjadinya Islamisasi Amerika yang
mengherankan para pengamat sosial dan politik. Inilah tangan Tuhan dibalik
peristiwa
Dari banyak
wawancara yang dilakukan televisi Amerika, Eropa maupun Timur Tengah terhadap
mereka yang masuk Islam atau video-video blog yang banyak menjelaskan motivasi
para new converters ini masuk Islam, menggambarkan konfigurasi latar
belakang yang beragam.
Pertama, karena
kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan,
hidup hanya money, music and fun. Pola hidup itu menciptakan
kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak
seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia
modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan
kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an,
dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama,
dengan mudah saja mereka masuk Islam.
Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah
dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan
hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Beberapa orang Kristen taat
bahkan mereka sebagai church priest mengaku seperti itu ketika
diwawancarai televisi. Allison dari North Caroline dan Barbara Cartabuka,
seorang diantara 6,5 juta orang Amerika yang masuk Islam pasca 9/11, seperti
diberitakan oleh Veronica De La Cruz dalam CNN Headline News, Allison mengaku “Islam
is much more about peace.” Sedangkan Barbara tidak pernah merasakan
kedamaian selama menganut Katolik Roma seperti kini dirasakannya setelah
menjadi Muslim. Demikian juga yang dirasakan oleh Mr. Idris Taufik, mantan
pendeta Katolik di London, ketika diwawancara televisi Al-Jazira. Mantan
pendeta ini melihat dan merasakan ketenangan batin dalam Islam yang tidak
pernah dirasakan sebelumnya ketika ia menjadi mendeta di London. Ia masuk Islam
setelah melancong ke Mesir. Ia kaget melihat orang-orang Islam tidak seperti
yang diberitakan di televisi-televisi Barat. Ia mengaku, sebelumnya hanya
mengetahui Islam dari media. Ia sering meneteskan air mata ketika menyaksikan
kaum Muslim shalat dan kini ia merasakan kebahagiaan setelah menjadi Muslim di
London.
Ketiga,
menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep
ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan
Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan
penghapusan dosa (salvation) ketimbang dalam Kristen. Banyak dari
masyarakat Amerika memandang Kristen sebagai agama yang konservatif dalam
doktrin-doktrinnya. Eric seorang pemain Cricket di Texas, kota kelahiran George
Bush, berkesimpulan seperti itu dan memilih Islam. Sebagai pemain cricket
Muslim, ia sering shalat di pinggir lapang. Di Kristen, katanya, sembahyang
harus selalu ke Gereja. Seorang konverter lain memberikan kesaksiannya yang
bangga menjadi Muslim. Ia menjelaskan telah berpuluh tahun menganut Katolik
Roma dan Kristen Evangelik. Dia mengaku menemukan kelemahan-kelemahan doktrin
Kristen setelah menyaksikan debat terbuka tentang “Is Jesus God?”
(Apakah Yesus itu Tuhan?) antara Ahmad Deedat, seorang tokoh Islam dari Afrika
Selatan dan seorang teolog Kristen. Argumen-argumen Dedaat dalam diskusi
menurutnya jauh lebih jelas, kuat dan memuaskan ketimbang teolog Kristen itu.
Menariknya, misi awalnya ia menonton debat agama itu justru untuk mengetahui
Islam karena ia bertekad akan menyebarkan gospel ke masyarakat-masyarakat
Muslim. Yang terjadi sebaliknya, ia malah menemukan keunggulan doktrin Islam dalam
berbagai aspeknya dibandingkan Kristen. Angela Collin, seorang artis California
yang terkenal karena filmnya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic
School, ketika diwawancarai oleh televisi NBC News megapa ia masuk Islam, ia
mengungkapkan: “I was seeking the truth and I’ve found it in Islam. Now I
have this belief and I love this belief,” katanya bangga.
Keempat, banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam
sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam
Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak setuju
dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam
daripada dalam peradaban Barat modern. Seorang convert perempuan Amerika
bernama Tania, merasa hidupnya kacau dan tidak terarah jutsru dalam
kebebasannya di Amerika. Ia bisa melakukan apa saja yang dia mau untuk
kesenangan, tapi ia rasakan malah merugikan dan merendahkan perempuan. Setelah
mempelajari Islam, awalnya merasa minder. Setelah tahu bagaimana Islam
memperlakukan perempuan, ia malah berkata “women in Islam is so honored.
This is a nice religion not for people like me!” katanya. Dia masuk Islam
setelah mempelajarinya beberapa bulan dari teman Muslimnya.
Perkembangan
Islam di dunia Barat sesungguhnya lebih prospektif karena mereka terbiasa
berfikir terbuka. Dalam keluarga Amerika, pemilihan agama dilakukan secara
bebas dan independen. Banyak orang tua mendukung anaknya menjadi Muslim selama
itu adalah pilihan bebasnya dan independen. Mereka mudah saja masuk Islam
ketika menemukan kebenaran disitu. Angela Collin menjadi Muslim dengan dukungan
kedua orang tua. Ketika diwawancarai televisi NBC, orang tuanya justru merasa
bangga karena Angela adalah seorang “independent person.” Nancy seorang
remaja 15 tahun, masuk Islam setelah bergaul dekat temannya keluarga Pakistan
dan keluarganya tidak mempermasalahkan walaupun telah lama hidup dalam tradisi
Kristen.
ISLAM DI KANADA
Banyak
umat Islam Kanada dibesarkan beragama Islam. Ada juga bilangan pemeluk Islam
yang berkembang pesat dari agama lain. Seperti dengan para pendatang pada
umumnya, para pendatang Islam telah datang ke Kanada untuk pelbagai alasan. Ini
termasuk pendidikan tinggi, keselamatan, pekerjaan, dan penyatuan keluarga.
Yang lain datang untuk kebebasan agama dan politik, dan keselamatan dan
kawalan, meninggalkan perang saudara, penindasan, dan bentuk lain persengketan
saudara dan etnik. Pada 1980an, Kanada menjadi sebuah tempat penting pelarian
untuk mereka yang melarikan diri dari Perang Saudara
Lubnan.
Zaman 1990an melihat umat Islam Somalia tiba dengan mencetusnya Perang
Saudara Somalia dan juga orang Islam Bosnia melarikan diri dari
pemecahan bekas Yugoslavia. Meskipun Kanada masih belum lagi
bilangan banyak rakyat Iraq melarikan diri dari perang Iraq. Tetapi pada umumnya hampir setiap
negara Islam di dunia telah mengirimkan pendatang ke Kanada — dari Albania ke Yaman keBangladesh.[3]
Kebanyakan
dari umat Islam Kanada — dan tidak secara coincidentally suatu bahagian besar
dari pendatang negara — tinggal di provinsi Ontario, dengan kumpulan-kumpulan terbesar
menetap di dan di keliling Greater
Toronto Area. Menurut dengan Banci 2001, telah ada 254,110 umat Islam
tinggal di Greater Toronto.[4]
British Columbia juga mempunyai penduduk Islam
yang sangat besar. Menganggapkan bahawa banyak pendatang dari Timur Tengahdan Iran adalah umat Islam, dua
komuniti Islam terbesar di Vancouver adalah orang Timur Tengah (>50,000) dan
orang Iran (>30,000).[5]Ibu negara Kanada Ottawa menjadi tuan rumah pada banyak
orang Islam Lubnan dan Somali, di mana komuniti Islam berbilangan
lebih kurang 40,000 pada 2001.[5] Greater Montreal's Muslim
community neared 100,000 in 2001.[5] Ia rumah pada bilangan besar
orang Kanada yang berketurunan Maghribi, Algeria dan Lubnan, dan juga komuniti
Pakistan, Syria, Iran, Bangladesh dan Turki yang kecil.[5]Komuniti-komuniti ini tidak secara
eksklusif, tetapi kebanyakannya, Muslim. Tambahan pada Vancouver, Ottawa, dan Montreal, hampir setiap kawasan metropolitan
Kanada mempunyai komuniti Islam,
ISLAM DI KANADA
Penganut
agama Islam di Kanada, pada awalanya berasal dari Turki dan dari wilayah yang
berada di bawah kekuasaan Turki Usmaniyah yang dikenal sebagai Suria Raya, dan
sebagian berasal dari Asia Selatan. Dilaporkan bahwa jumlah muslim di Kanada
pada awalnya, yakni pada tahun 1871, hanya 13 orang. Pada tahun 1901, jumlah
mereka mencapai 300 hingga 400 orang, dan pada tahun 1911, jumlah mereka
sekitar 1.500 orang.
Walaupun
populasi muslim di Kanada sangat minoritas, namun dari tahun ke tahun jumlah
mereka semakin bertambah. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat kelahiran
imigran muslim, yakni 2,5 persen dan tercatat saat ini (tahun 2005) ada sekitar
600 ribu umat muslim di Kanada (meski menurun tahun 2012), dan jadilah Islam di
Kanada menjadi agama nomor dua terbesar. Hal ini, membawa konsekuensi makin
luasnya pula lingkup kehidupan umat muslim. Mereka pun pada akhirnya bekerja di
pelbagai bidang, serta terlibat dalam banyak hal di tengah masyarakat.
Kondisi
Islam di Kanada didominasi muslim dengan paham Sunni. Selain itu, terdapat
berbagai kelompok Syi’ah, seperti Ismailiyah dan Imamiyah. Diperkirakan Sunni merupakan
mayoritas (kira-kira 70 persen), diikuti oleh Ismailiyah (20 persen), dan
Imamiyah serta kelompok-kelompok lainnya, seperti Ahmadiyah (Qadian), berjumlah
seimbang. Juga terdapat tarekat spiritual, yakni Tarekat Naqsyabandiyyah
Montreal yang berafiliasi kepada pusat tarekat yang berada di Cyprus. Pimpinan
utama tarekat Naqsyabandiyah rata-rata berpendidikan tinggi.
Sejumlah
lembaga organisasi keagamaan dan sosial penting bermunculan, baik di tingkat
lokal maupun nasional. Inilah yang disebut dengan rabithah al-alam
al-islamiy. Pada tingkat nasional di Kanada, ada Dewan Komunitas Muslim
Kanada (CMCC), yang didirikan oada tahun 1972, merupakan organisasi payung yang
penting. CMCC tumbuh berkat komitmen untuk mandiri dan kebutuhan yang dirasakan
untuk masalah yang pemeluk Islam di Kanada. Lembaga ini, juga menaungi
aliran-aliran yang berkembang di Kanada, misalnya Sunni dan Syi’ah.
Ditemukan
data bahwa, jika dibandingkan dengan negara-negara Barat yang lain, masyarakat
Islam di Kanada relatif lebih “bersahabat” terhadap umat agama non Kristen,
termasuk Islam. Tingginya sikap toleransi di sana membuat angka kekerasan yang
bermotif agama dan ras relatif bisa diminimalisasi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar